Pengaruh Mencontek di Kalangan Pelajar dan Solusinya
Pendahuluan

Kategori Mencontek
Menyontek dapat dikatagorikan dalam dua bagian,pertama menyontek dengan usaha sendiri, kedua dengan kerjasama. usaha sendiri disini adalah dengan membuat catatan sendiri, buka buku, dengan alat bantu lain seperti membuat coretan-coretan dikertas kecil, rumus ditangan, di kerah baju, bisa juga dengan mencuri jawaban teman Kerjasama dengan teman dengan cara membuat kesepakatan terlebih dahulu dan membuat kode-kode tertentu atau meminta jawaban kepada teman.
Faktor Penyebab “Menyontek”
Menurut Nugroho (2008), yang menjadi penyebab munculnya tindakan ”menyontek” bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar (eksternal) misalnya dari guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.
- Faktor dari dalam diri sendiri
• Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
• Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
• Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
• Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru/dosen.
• Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
• Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk test/ujian.
• Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan. - Faktor dari Guru
• Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
• Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
• Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
• Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang. - Faktor dari Orang Tua
• Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
• Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak - Faktor dari Sistem Pendidikan
• Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.
• Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.
Abdullah Alhadza dalam Admin (2004) mengutip pendapat Smith yang menemukan bahwa keputusan moral (moral decision) dan motivasi untuk berprestasi/ ketakutan untuk gagal menjadi alasan yang signifikan seseorang untuk melakukan ”menyontek”. Alhadza juga pernah melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan terbuka kepada sekitar 60 orang mahasiswa di PPS UNJ. Dari hasil kuisioner tersebut didapatkan jawaban tentang alasan seseorang melakukan menyontek dengan pengelompokan sebagai berikut.
- Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan “menyontek” meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
- Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu membuku (buku sentris) sehingga memaksa peserta ujian harus menghapal kata demi kata dari buku teks.
- Merasa dosen/guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai.
- Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat.
- Takut gagal. Yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian tetapi tidak mau menundanya dan tidak mau gagal.
- Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak bersedia mengimbangi dengan belajar keras atau serius.
- Tidak percaya diri. Sebenarya yang bersangkutan sudah belajar teratur tetapi ada kekhawatiran akan lupa lalu akan menimbulkan kefatalan, sehingga perlu diantisipasi dengan membawa catatan kecil.
- Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga hilang ingatan sama sekali lalu terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang duduk berdekatan.
- Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.
- Mencari jalan pintas dengan pertimbangan daripada mempelajari sesuatu yang belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal.
- Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi kepada dosen/guru lebih efektif daripada belajar serius.
- Penugasan guru/dosen yang tidak rasional yang mengakibatkan siswa/mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara.
- Yakin bahwa dosen/guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas dengan mengelabui dosen/guru yang bersangkutan
Solusi Menghilangkan kebudayaan Menyontek
a.Percaya bahwa Allah Maha Melihat
b.Selalu ingat bahwa mencontek adalah perbuatan yang curang dan tidak jujur
c.Meningkatkan percaya diri
d.Memperbanyak pengetahuan dan rajin belajar
e.meningkatkan kedisiplinan dan kurangi rasa malas
f.Buatlah jadwal kegiatan h.Kurangi kuantitas mencontek
g.Selalu berusaha dan berdoa kepada Allah
Saran dari Penulis
1.Sebaiknya guru tidak memberikan soal yang terlalu teks book
2.Guru semestinya memberikan penilaian secara adil dan objektif
3.Siswa harus rajin belajar
4.Siswa harus disiplin
5.Siswa harus membuat jadwal kegiatan,agar dapat memanajemen waktu dengan baik
6.Membuang jauh-jauh rasa malas
7.Jangan mudah terpengaruh jika teman lain mencontek
0 komentar:
Post a Comment