Pengertian pengendalian sosial menurut para sosiolog, antara lain sebagai berikut.
Pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada
proses terencana ataupun tidak terencana yang mengajarkan, membujuk atau
memaksa individu untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan
nilainilai kelompok.
Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya membangkang.
Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh
sekelompok orang atau masyarakat, sehingga para anggotanya dapat
bertindak sesuai harapan kelompok atau masyarakat.
- Menurut Soetandyo Wignyo Subroto
Pengendalian sosial adalah sanksi, yaitu suatu bentuk penderitaan
yang secara sengaja diberikan oleh masyarakat. Dari beberapa definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian sosial adalah proses yang
digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak,
bahkan memaksa individu atau masyarakat agar berperilaku sesuai dengan
norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga tercipta
ketertiban di masyarakat.
[2]
Macam-Macam Pengendalian Sosial
Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifat, pengendalian sosial dapat dibedakan menjadi tiga, berikut ini.
Pengendalian sosial yang bertujuan untuk melakukan tindakan
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran
terhadap norma-norma sosial. Contohnya, guru menasihati murid agar tidak
terlambat datang ke sekolah.
Pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian
yang pernah terganggu karena terjadinya suatu pelanggaran dengan cara
menjatuhkan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Contohnya,
sanksi skors diberikan kepada siswa yang sering melanggar peraturan.
[3]
Pengendalian sosial bersifat kuratif adalah pengendalian sosial yang
dilakukan pada saat terjadi penyimpangan sosial. Contohnya, seorang guru
menegur dan menasihati siswanya karena ketahuan menyontek pada saat
ulangan.
[4]
Berdasarkan Cara atau Perlakuan Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial yang dilakukan tanpa kekerasan misalnya melalui
cara mengajak, menasihati atau membimbing anggota masyarakat agar
bertindak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat. Cara ini dilakukan
melalui lisan atau simbolik. Contoh pengendalian sosial melalui lisan
yaitu dengan mengajak orang menaati nilai dan norma dengan berbicara
langsung menggunakan bahasa lisan, sedang pengendalian secara simbolik
dapat menggunakan tulisan, spanduk dan iklan layanan masyarakat. Contoh
pengendalian sosial persuasif secara lisan adalah seorang ibu menasehati
anaknya yang akan pergi ke sekolah agar tidak terlibat tawuran atau
melakukan perbuatan yang tidak sesuai nilai dan norma. Sedang contoh
cara pengendalian sosial simbolik misalnya pemerintah daerah menghimbau
masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan, cara yang dilakukan
pemerintah daerah dengan memasang spanduk di tempat tertentu yang dapat
dibaca oleh masyarakat.
Pengendalian sosial yang dilakukan dengan menggunakan paksaan atau
kekerasan, baik secara kekerasan fisik atau pun psikis. Contoh
pengendalian sosial koersif adalah penertiban pedagang kaki lima di
trotoar jalan yang dilakukan oleh satuan polisi pamong praja atau Satpol
PP dengan cara membongkar dan merusak tempat berniaga dan mengangkut
barang-barang milik pedagang. Sehingga timbul kerusuhan bahkan ada yang
menimbulkan korban jiwa. Contoh lain pengendalian sosial dengan cara
koersif adalah hukuman penjara, denda, pengusiran atau pengucilan.
Pengendalian sosial koersif sebaiknya merupakan langkah terakhir yang
digunakan untuk mengendalikan perilaku menyimpang karena seringkali
menimbulkan reaksi negatif.
[5]
Berdasarkan Pelaku Pengendalian Sosial
- Pengendalian pribadi; yaitu pengaruh yang datang dari orang atau tokoh tertentu (panutan). Pengaruh ini dapat bersifat baik atau pun buruk.
- Pengendalian institusional; yaitu pengaruh yang ditimbulkan
dari adanya suatu institusi atau lembaga. Pola perilaku lembaga tersebut
tidak hanya mengawasi para anggota lembaga itu saja, akan tetapi juga
mengawasi dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar
lembaga tersebut berada. Misalnya kehidupan para santri di pondok
pesantren akan mengikuti aturan, baik dalam hal pakaian, tutur sapa,
sikap, pola pikir, pola tidur, dan sebagainya. Dalam hal ini, pengawasan
dan pengaruh dari pondok pesantren tersebut tidak hanya terbatas pada
para santrinya saja, namun juga kepada masyarakat di sekitar pondok
pesantren.
- Pengendalian resmi; yaitu pengendalian atau pengawasan sosial
yang dilakukan oleh lembaga resmi negara sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan sanksi yang jelas dan mengikat.
Pengendalian resmi dilakukan oleh aparat negara, seperti kepolisian,
satpol PP, kejaksaan, ataupun kehakiman untuk mengawasi ketaatan warga
masyarakat terhadap hukum yang telah ditetapkan.
- Pengendalian tidak resmi; yaitu pengendalian atau pengawasan
sosial yang dilakukan tanpa rumusan aturan yang jelas atau tanpa sanksi
hukum yang tegas. Meskipun demikian, pengendalian tidak resmi juga
memiliki efektivitas dalam mengawasi atau mengendalikan perilaku
masyarakat. Hal ini dikarenakan sanksi yang diberikan kepada pelaku
penyimpangan berupa sanksi moral dari masyarakat lain, misalnya
dikucilkan atau bahkan diusir dari lingkungannya. Pengendalian tidak
resmi dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, ataupun tokoh agama
yang memiliki kharisma dan dipandang sebagai panutan masyarakat.[6]
Bentuk-Bentuk Pengendalian Sosial
Banyak sekali bentuk-bentuk pengendalian sosial yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang.
Gosip sering juga diistilahkan dengan desas-desus. Gosip merupakan
memperbincangkan perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang tanpa
didukung oleh fakta yang jelas. Gosip tidak dapat diketahui secara
terbuka, terlebih-lebih oleh orang yang merupakan objek gosip. Namun
demikian gosip dapat menyebar dari mulut ke mulut sehingga hampir
seluruh anggota masyarakat tahu dan terlibat dalam gosip. Misalnya gosip
tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Si A dengan Si B. gosip
seperti ini dalam waktu singkat akan segera menyebar. Warga masyarakat
yang telah mendengar gosip tertentu akan terpengaruh dan bersikap sinis
kepada orang yang digosipkan. Karena sifatnya yang laten, biasanya orang
sangat menjaga agar tidak menjadi objek gosip.
Teguran biasanya dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dianggap melanggar etika
dan/atau mengganggu kenyamanan warga masyarakat. Teguran merupakan
kritik sosial yang dilakukan secara langsung dan terbuka sehingga yang
bersangkutan segera menyadari kekeliruan yang telah diperbuat. Di dalam
tradisi masyarakat kita teguran merupakan suatu hal yang tidak aneh
lagi. Misalnya teguran terhadap sekelompok pemuda yang begadang sampai
larut malam sambil membuat kegaduhan yang mengganggu ketentraman warga
yang sedang tidur, teguran yang dilakukan oleh guru kepada pelajar yang
sering meninggalkan pelajaran, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya sanksi atau hukuman merupakan imbalan yang bersifat
negatif yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang yang
dianggap telah melakukan perilaku menyimpang. Misalnya pemecatan yang
dilakukan terhadap polisi yang terbukti telah mengkonsumsi dan
mengedarkan narkoba, dan lain sebagainya. Adapun manfaat dari sanksi
atau hukuman antara lain adalah: (1) untuk menyadarkan seseorang atau
sekelompok orang terhadap penyimpangan yang telah dilakukan sehingga
tidak akan mengulanginya lagi, dan (2) sebagai peringatan kepada warga
masyarakat lain agar tidak melakukan penyimpangan.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar
mencapai taraf kedewasaan. Melalui pendidikanlah seseorang mengetahui,
memahami, dan sekaligus mempraktekkan sistem nilai dan sistem norma yang
berlaku di tengah-tengah masyarakat.
Agama mengajarkan kepada seluruh umat manusia untuk menjaga hubungan
baik antara manusia dengan sesama manusia, antara manusia dengan makhluk
lain, dan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan yang baik
dapat dibina dengan cara menjalankan segala perintah Tuhan dan
sekaligus menjauhi segala larangan-Nya. Melalui agama ditanamkan
keyakinan bahwa melaksanakan perintah Tuhan merupakan perbuatan baik
yang akan mendatangkan pahala. Sebaliknya, melanggar larangan Tuhan
merupakan perbuatan dosa yang akan mendatangkan siksa. Dengan keyakinan
seperti ini, maka agama memegang peranan yang sangat penting dalam
mengontrol perilaku kehidupan manusia.
[7]
0 komentar:
Post a Comment